Ketua dan Tim Dekranasda Kunjungi UKM di Warungasem
Table of Contents
Ketua Dekranasda (dewan krajinan Uni Kuslantasi Wihaji (memakai kerudung kuning) menyaksikan proses menenun kain menggunakan alat tenun bertempat di Desa Cepagan Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang
Uni Kuslantasi mengatakan sempat beberapa kali menemui pengrajin, ternyata kendala yang sering dialami adalah Sumber Daya Manusia (SDM) terutama keterampilan dan startegi pemasaran yang tidak ada kemajuan. Untuk SDM perlu dukungan dari banyak pihak dengan cara berkomunikasi secara intensif ke desa – desa dan pengrajin. Sedangkan bagi para pengusaha selama ini masih jalan sendiri – sendiri, sementara yang kami harapkan bagi pengrajin atau pengusaha yang sudah berhasil dapat mengajak pengrajin kecil yang belum bisa berdiri sendiri.
“Kendala utama dari para pengusaha adalah pola pikir yang tidak mau maju, misalnya seorang pengusaha kayu sebenarnya sudah ada sedikit peningkatan, tetapi tidak mau berkreasi dengan kreativitas baru, sehingga hanya satu jenis saja yang bisa dihasilkan, padahal dari satu kayu tersebut dapat dihasilkan berbagai jenis kerajinan,” terang Uni.
Menurutnya, selama ini jika ada pelatihan UKM dari 10 peserta hanya ada 1 yang tekun dan behasil. Paling tidak dari 1 pengusaha yang telah sukses dapat mengangkat pengrajin yang belum bisa berdiri sendiri, supaya bisa bangkit dan bersama – sama membangun Batang.
Kendala lain yang dialami pengrajin lanjutnya, teknik pemasaran yang hanya menunggu pembeli. Mereka tidak mau bergerak untuk mempromosikan hasil kerajinan kepada pembeli. Apalagi sekarang sudah memasuki pasar online, jika tidak mau dan mampu mengikuti, maka akan tertinggal.
“Zaman sudah berubah, jadi kita jangan hanya mengandalkan sistem konvensional saja, tetapi mau tidak mau harus mau mengikuti perkembangan zaman dengan menggunakan cara penjualan online,” imbuhnya.
Uni Kuslantasi mengharapkan agar semua pengusaha kerajinan di Kabupaten Batang terutama yang sudah besar, mari kita angkat bersama Batang supaya dikenal oleh kalangan luas. Paling tidak dikenal terlebih dahulu, baru setelah itu mereka penasaran dengan beragam potensi yang ada, terutama hasil kerajinan dari para UKM.
Sementara menurut Mustofa seorang pengrajin tas berbahan dasar kulit, usahanya saat ini masih terkendala dengan sarana prasarana dalam proses produksi.
“Selama ini jika ingin memplating kulit harus dibawa ke luar kota, karena kendala peralatan yang tidak lengkap,” tuturnya.
Mustofa mengharapkan agar ada peran serta dari pemerintah untuk membantu peralatan sepenuhnya.
Lain halnya dengan Dewi Mufrokhah pengusaha kain tenun tradisional mengatakan dirinya belum bisa maju karena terkendala pemasaran menggunakan teknologi.
“Selama ini saya hanya menggunakan metode pemasaran konvensional dan belum bisa menggunakan teknologi internet sebagai sarana pemasaran, namun sedikit demi sedikit akan belajar pemasaran online supaya produk tenun tradisionalnya tidak ketinggalan zaman,” tuturnya. (Mc Batang Jateng/CHACHA)
Post a Comment
Terima Kasih Banyak telah meninggalkan komentar