-->

Petilasan Makam Sunan Bonang Desa Bismo Blado

Silsilah sejarah Islam di mBatang Perjalanan wali sanga saat menyebarkan Islam ternyata tidak hanya terdapat di kota-kota tempat para wali itu dimakamkan. Namun, hal itu juga ada beberapa tempat yang konon pernah disinggahi para wali tersebut. Tempat yang disebut makam itu sebenarnya adalah petilasan yang berada di Desa Bismo, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang.


Namun karena dibuat dalam bentuk makam, dan nama petilasan kurang menarik minat, maka orang menyebutnya Makam Aulia, yaitu Makam Sunan Bonang dan Makam Sunan Kalijaga. Keduanya di satu tempat, di dalam sebuah cungkup kubus di ruang Masjid Al Huda Bismo, di belakang ruang imam.

Jarak Makam Sunan Bonang Bismo Batang dengan Pohon Jlamprang Wonobodro hanya 2,1 km, arah ke Selatan, dengan mengambil cabang jalan yang menurun ke kanan setelah sekitar 300 meter dari gang masuk ke pohon. Kami sebenarnya melewati air hangat Ngasinan Desa Bawang Wonolobo, 
Misalnya di Desa Bismo, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang. Di dalam Masjid Al Huda di desa tersebut terdapat peci (kopiah) yang dipakai Sunan Bonang.

Menurut juru kunci Turyono (50), saat itu Sunan Bonang datang di desa yang terletak di perbukitan bersama Sunan Kalijaga. Kedatangan dua wali itu dalam perjalanan menyebarkan Islam di tanah Jawa.


''Selain peci Sunan Bonang, juga ada Alquran tulisan Sunan yang masih asli. Salah satu peninggalan lain adalah pohon jambu air yang ditanam Sunan Kalijaga di utara Masjid Al Huda,'' ujar Turyono.

Peci Sunan Bonang itu terbuat dari anyaman akar-akaran. Sekarang peci itu diletakkan dalam kotak kaca. Namun, karena banyak tangan jahil, sekarang bagian atas peci terbuka. Hanya beberapa orang yang bisa memakai peci peninggalan wali tersebut. ''Kalau tidak berkenan, peci itu tidak bisa diletakkan di kepala. Karena itu, banyak yang membawa potongan akar dari peci ini. Caranya dengan memotong saat kami tunjukkan.''

Keajaiban juga terjadi pada Alquran tulisan tangan itu. Sebab, kitab suci tersebut bisa menjadi rapor bagi yang membuka. Isi dari ayat itu merupakan ''potret diri''. ''Alquran ini untuk istikharah. Jika ingin melihat riwayat hidup kita ya silakan membuka,'' ujar Turyono sambil menerjemahkan ayat itu ke dalam Alquran yang sudah ada ayat dan juznya.

Bangunan masjid tersebut juga dibangun oleh dua wali. Bahkan, dalam semalam itu membangun masjid di lima tempat. Tiga di wilayah Blado dan satu masjid di Gringgingsari Kecamatan Wonotunggal. ''Yang terletak berdekatan tiga masjid di Blado, yakni di Bismo, di Wonobodro, lalu satu lagi di Gringgingsari. Kemudian yang satu ada di Makah. Tempat ini dulu digunakan para sunan untuk bermusyawarah.''

Salah satu tiang Masjid Al Huda menggunakan saka sambungan. Konstruksinya sama seperti yang digunakan saat membangun Masjid Agung Demak. Ada empat tiang yang menggunakan kayu. Setiap tiang mengandung tuah. Tiang di utara barat yang dibuat Sunan Kalijaga disebut saka berkah. Kemudian yang di selatan untuk meraih pangkat. Lalu, yang di selatan timur untuk kekuatan, sedangkan yang di utara timur untuk mencari jodoh

''Namun, kalau meminta berkah jangan kepada tiang, itu syirik. Semua tetap kita mintakan kepada Allah SWT,'' ujar Turyono yang rumahnya berada di depan masjid.

Hanya, kayu saka berkah Sunan Kalijaga itu memang mempunyai daya tarik tersendiri. Selain tiang ada juga ornamen ukiran dari kayu yang konon dibuat Sunan Bonang.

Tidak seperti tempat-tempat keramat yang biasanya keramaian terjadi pada malam Jumat Kliwon, di Masjid Al Huda Bismo justru terjadi pada Kamis Pahing malam Jumat Pon. ''Banyak peziarah berzikir sambil mengelilingi saka berkah. Ada yang juga yang sengaja mencari jodoh, mendekat tiang sebelah timurnya. Ternyata peziarah yang datang ke sini tak lama kemudian mendapat pasangan.''

Peziarah yang datang kebanyakan berasal dari kota-kota tempat para wali, seperti Cirebon, Demak, Kudus, Tuban, Gresik. Bahkan, ada yang datang dari Palembang dan Lampung selain dari daerah tetangga seperti Pemalang, Pekalongan, Kendal atau Temanggung dan Wonosobo.

Para peziarah yang akan masuk ke Masjid Al Huda diwajibkan bersuci dulu di mata air Bismo. Sumber air itu kini digunakan PDAM Batang untuk melayani pelanggan.

Kata Bismo, menurut Suwanto (65), berasal dari ungkapan rembesing sukmo (meresapnya jiwa-Red). Ada lima sumber air, yaitu mata air Tes Seper yang berasal dari Kali Ngubal, Tes Ning dari Kali Kitiran, dan Tes Geni dari Dieng. Kemudian, mata air Syeh Gemading Mekar dari Laut Jawa dan Telaga Al Kautsar.

Untuk Sujud

''Di Telaga Al Kautsar inilah Sunan Kalijaga mengambil air wudu kemudian shalat di atas batu. Di Bismo ada dua tempat yang digunakan Sunan untuk bersujud, yaitu di masjid dan di mata air ini,'' ujar Suwanto.

Untuk keperluan mandi, peziarah sekarang disediakan dua tempat tertutup. Masing-masing untuk wanita dan pria. Biasanya peziarah juga membawa air untuk dibawa pulang. Yang memerlukan bejana tempat air pun tidak perlu khawatir. Di tempat itu ada Ny Rasmini (60) yang menjaga tempat itu sekaligus menjual jerigen.

Beberapa peziarah yang telah datang ke Bismo mengaku merasa tenteram sesampai di rumah.

Ali Fauzi dari Sidayu, Gresik Jatim menyatakan, selama ini dia sering mengunjungi petilasan para wali. Namun, setelah masuk di Masjid Al Huda Bismo muncul perasaan lain. ''Suasananya seperti di Masjid Agung Demak. Apalagi, melihat peci Sunan Bonang, saya yakin para wali itu dulu sering bertemu di tempat ini. Namun sayang, peci itu kurang dirawat buktinya banyak yang memotong sehingga rusak. Mohon agar benda berserajah ini diselamatkan.''

Yang akan menuju ke Bismo bisa naik kendaraan roda dua atau minibus. Dari arah Batang ke selatan ditempuh sekitar satu jam. Lokasinya tak jauh dari petilasan Syeh Maulana Magribi di Desa Wonobodro. Sesampai di Blado terus ke selatan lewat jalan beraspal sampai di Bismo sumber Suara Merdeka.

Baca Juga

Simak

Show Disqus Comment Hide Disqus Comment

Disqus Comments